LAPORAN
USAHA AGRIBISNIS POHON SIWALAN
DI DESA DUNGKEK
Disusun oleh :
Zainatul Laili (170321100059)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agribisnis adalah suatu kegiatan
usaha yang berkaitan dengan sektor agribisnis, mencakup perusahaan-perusahaan
pemasok input agribisnis (upstream-slide industries), penghasil
(agriculturalproducing industries), pengolah produk agribisnis (downstreamside
industries), dan jasa pengangkutan, jasa keuangan (agri-supporting industries).
Agribisnis adalah sifat dari usaha yang berkaitan dengan agribisnis (agro-based
industries) yang berorientasi pada bisnis, yaitu yang bertujuan untuk
memperoleh keuntungan. Dalam pendekatan agribisnis sasarannya bukanlah
meningkatnya produksi pertanian melainkan lebih menekankan pada meningkatnya
kesejahteraan petani dan tangguhnya sektor pertanian secara keseluruhan.(Anita & Salawati, 2011)
Siwalan atau pohon lontar tergolong salah
satu komoditi unggulan perkebunan di wilayah Kabupaten Sumenep.Luas lahan
siwalan di Kabupaten Sumenep merupakan yang terluas di Jawa Timur yaitu
5.535,70 Ha, sedangkan daerah sentra siwalan di Kabupaten Sumenep terletak di
Kecamatan Dungkek dengan luas lahan 1.652,98 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
2014). Lahan yang luas masih belum dioptimalkan produktivitasnya.sebagian besar
masyarakat daerah sentra siwalan hanya mengolah sebatas pada niranya saja yang
dijadikan gula merah dengan teknik pengolahan yang masih tradisional. Padahal
komoditi ini bisa diolah menjadi berbagai macam produk siwalan yang dapat
memberi peluang usaha pengembangan pemanfaatannya yang secara langsung dapat
meningkatkan pendapatan petani.Namun ketidakpastian pemasaran siwalan menjadi
hambatan bagi pengembangan komoditas siwalan. (Sustiyana, 2008)
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana usaha agribisnis pohon siwalan (pohon
lontar) di Desa Dungkek?
2.
Bagaimana kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis pohon
siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek?
3.
Bagaimana
keterkaitan antar subsistem onfarm dengan subsistem hulu (backward linkage), subsistem on farm dengan hilir baik pemasaran
maupun pengolahan (forward linkage),
dan keterkaitan dengan subsistem penunjang (outside linkage) yang ada di dalam
usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana usaha agribisnis
pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek
2.
Untuk mengetahui kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis pohon
siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek
3.
Untuk mengetahui keterkaitan antar subsistem onfarm dengan subsistem hulu (backward linkage), subsistem on farm
dengan hilir baik pemasaran maupun pengolahan (forward linkage), dan keterkaitan dengan subsistem penunjang
(outside linkage) yang ada di dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon
lontar) di Desa Dungkek
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identitas Narasumber
Nama : Bu Atmina
Umur : 56 tahun
Alamat :
Jalan Raya Dungkek, Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep
Tanggal
Wawancara : 24 Desember 2017
Komoditas
Pertanian : Pohon Siwalan
Usaha : Gula Merah
2.2 Usaha Agribisnis Pohon Siwalan (Pohon Lontar)
di Desa Dungkek
Di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten
Sumenep, banyak ditemukan Pohon Siwalan
(Pohon Lontar) di setiap ladang yang dimiliki oleh masyarakat di sana.
Masyarakat Desa Dungkek banyak yang memanfaatkan Pohon Siwalan terutama Bu
Sumina bersama suaminya, seperti batang pohon digunakan sebagai bahan bangunan
(pembuatan atap rumah) dan pembuatan perlengkapan rumah tangga, daun lontar
digunakan sebagai atap kandang sapi yang di rakit yang berguna untuk pelindung
kandang sapi dari panas dan hujan, tangkai daun digunakan sebagai kayu bakar,
buah siwalan dikonsumsi sendiri, dan batang bunganya digunakan sebagai sumber
air nira dalam kegiatan usahanya dalam membuat gula merah yang merupakan sumber
perolehan ekonomi dalam keluarganya.
Gula Merah merupakan produk usahatani yang terbuat dari
air nira yang biasanya didapat dari pohon-pohon tertentu, misalnya dari pohon
siwalan. Menurut pengalaman para penyadap air nira di Desa Dungkek, biasanya
pada musim kemarau, air nira yang dihasilkan hanya sedikit karena siwalan
cenderung kering dan pada musim hujan dapat menghasilkan air nira yang cukup
banyak. Jadi usahatani pembuatan gula merah di Desa Dungkek ini belum berjalan
efektif, karena pemeliharaan sumber bahan bakunya (pohon siwalan) masih kurang
dan banyak tidaknya produk yang dapat dihasilkan tergantung banyak sedikitnya
air nira yang dihasilkan tiap harinya.
2.3 Kondisi
masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis Pohon Siwalan
(Pohon Lontar) di Desa Dungkek
Kondisi masing-masing subsitem
yang ada dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek,
cukup baik karena semua sarana prodi yang diperlukan dapat diperoleh dengan
mudah di sekitar tempat usaha yaitu sebagai berikut :
a.
Subsistem Hulu
Subsistem Hulu adalah kegiatan penyediaan sarana
produksi untuk kegiatan produksi pertanian. Sarana produksi yang digunakan
dalam usaha agribisnis gula merah dari air nira pohon siwalan(pohon lontar) di
Desa Dungkek adalah:
Ø
Benih/ Bibit
Benih yang diperlukan dalam budidaya pohon siwalan di
Desa Dungkek, didapatkan dari buah yang jatuh, kemudian dikumpulkan di pinggir
ladang, dan dibiarkan hingga tumbuh tunas.
Ø
Alat dan Mesin Pertanian
Alat dan mesin pertanian yang diperlukan dalam budidaya
pohon siwalan di Desa Dungkek, masih sangat sederhana dan tradisional serta beberapa
alat dan mesin dapat dibuat sendiri oleh pemilik usaha. Alat dan mesin
pertanian yang disiapkan adalah penjepit tangkai bunga pohon, tumbukan, ember,
arit, cangkul/linggis dan tali tambang.
Ø
Pupuk
Pupuk yang diperlukan dan yang akan digunakan dalam
kegiatan usaha yaitu pupuk organik yang berupa kotoran sapi yang bisa didapat
dari ternak mereka yang kemudian dikeringkan.
b.
Subsistem On Farm
Subsistem on farm (budidaya) adalah kegiatan pemanfaatan
sarana produksi dan sumber daya alam guna menghasilkan komoditas pertanian.
Budidaya pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek cukup baik, karena
budidaya pohon siwalan sangat mudah dan tidak memerlukan pengawasan yang intens yaitu sebagai berikut:
Ø
Penanaman benih pohon siwalan di Desa Dungkek
Pohon siwalan biasanya ditanam di pinggir ladang.
Penanamannya yaitu:
1.
Tanah di pinggir ladang dilubangi dengan
cangkul/linggis sampai kedalaman tanah sekitar (30 – 50) cm dari permukaan
tanah;
2.
Benih (buah siwalan yang jatuh dan sudah
bertunas) yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam lubang tersebut;
3.
Timbun kembali lubang tersebut dan diberikan air
secukupnya.
Ø
Perawatan pohon siwalan di Desa Dungkek
Pohon siwalan yang ditanam diberikan pupuk organik
(kotaran sapi) setiap 1 minggu sekali sampai pohon mencapai tinggi 5 meter dan
pengairannya hanya mengandalkan air hujan.
Ø
Panen pohon siwalan di Desa Dungkek
Panen pohon siwalan di Desa Dungkek berupa penebangan
pohon yang diambil batangnya sebagai
bahan pembuatan atap rumah, perlengkapan rumah tangga dan lailn lain apabila
diperlukan, daun siwalan (daun lontar) yang diambil sebagai bahan pembuatan
atap kandang ternak (seperti kandang sapi) apabila diperlukan, pemanenan buah
siwalan yang biasanya hanya dikonsumsi sendiri, dan pengambilan air nira yang
digunakan untuk usaha pembuatan gula merah. Air nira bisa diambil (disadap)
dari pohon siwalan yang sudah berbunga dan tingginya mencapai sekitar 8 meter
atau berumur sekitar 10-15 tahun. Adapun proses pengambilan air nira yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah di Desa Dungkek adalah:
1.
Pohon siwalan dinaiki dengan bantuan tali
tambang sebagai pegangan dengan ukuran sekitar 1 meter, dengan membawa
penjepit. Gunakan penjepit untuk menjepit tangkai bunga siwalan yang akan
disadap air niranya, kemudian diamkan sekitar 1-2 hari;
2.
Setelah
dijepit dan didiamkan sekitar 1-2 hari, siapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk menyadap air nira, seperti ember yang diikat dengan tali dan diisi dengan
tumbukan kulit pohon Palembhang (dalam
bahasa madura di sumenep) dan arit;
3.
Pohon siwalan dinaiki lagi untuk proses
penampungan air nira. Iris tangkai bunga yang dijepit kemudian tampung tetesan
air nira dengan ember yang telah disiapkan dan diikat dengan tali; dan
4.
Air nira yang ditampung dapat diambil di pagi
hari dan sore hari.
c.
Subsistem Hilir
Subsistem Hilir adalah kegiatan pengolahan dari produk primer
menjadi produk antara atau produk akhir dan pemasaran produk hasil pertanian. Pengolahan
usaha agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek, diolah menjadi gula merah.
Pengolahan dan pemasaran usaha tersebut masih kurang baik karena alat yang
digunakan dalam pengolahan masih sederhana dan hanya dapat menghasilkan produk
dalam jumlah sedikit serta pemasarannya hanya kepada pedagang-pedagang pasar.
Adapun pengolahan gula merah di Desa Dungkek adalah sebagai berikut:
1.
Air nira yang sudah diambil (disadap) disaring
agar kulit pohon palembhang (dalam
bahasa madura di sumenep) dapat dibuang;
2.
Air nira yang sudah disaring dimasukkan ke kuali
besar yang kemudian dimasak di atas tungku dengan api besar dan sekali-kali
diaduk apabila air nira mengembang dalam proses pendidihan hingga menyusut
sampai menjadi gulali;
3.
Air nira yang sudah menjadi gulali diturunkan ke
bawah dan diaduk berputar hingga kental;
4.
Gulali yang sudah kental dimasukkan ke dalam
plastik yang diletakkan di dalam mangkok plastik sebagai cetakan dan kemudian
ditutup oleh plastik tersebut;
5.
Diamkan beberapa menit hingga mengeras dan siap
untuk dipasarkan.
d.
Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang adalah kegiatan yang menunjang proses
produksi pertanian dari hulu sampai hilir. Subsistem penunjang dalam usaha
agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek sangat kurang karena di Desa Dungkek
kebanyakan menggunakan alat transportasi milik pribadi dalam proses penyediaan
sarana produksi dan proses pemasaran.
4.4 Keterkaitan Antar Subsistem yang Ada dalam
Usaha Agribisnis Pohon Siwalan di Desa Dungkek
4.4.1
Subsistem
on farm dengan subsistem hulu (backward
linkage)
Keterkaitan
antara subsistem on farm dengan subsistem hulu sangat kuat karena sarana
produksi yang disediakan dalam subsistem hulu sangat berpengaruh pada
berlangsungnya kegiatan on farm (budidaya), penyedian bibit yang mudah
disediakan yang akan digunakan untuk membudidayakan pohon siwalan, penyediaan
alat dan mesin sangat berpengaruh terhadap proses penanaman dan pemanenan dalam
kegiatan on farm (budidaya), dan penyediaan pupuk organik yang dapat diperoleh
dengan mudah dalam jumlah yang cukup sebagi penyubur tanah yang digunakan dalam
pembudidayaan pohon siwalan.
4.4.2
Subsistem
on farm dengan hilir baik pemasaran maupun pengolahan (forward linkage)
Keterkaitan
antara subsistem on farm dengan subsistem hilir sedang karena dari hasil on
farm tidak semua mengalami pengolahan dan pemasaran, masih ada yang hanya di
panen untuk dikonsumsi atau digunakan sendiri. Hasil budidaya pohon siwalan
yang hanya dikonsumsi atau digunakan sendiri yaitu buah siwalan yang dikonsumsi
sendiri, daun lontar yang digunakan sendiri untuk bahan pembuatan atap kandang
ternak, batang pohon yang digunakan sendiri untuk pembuatan atap rumah dan
perlengkapan rumah tangga, dan tangkai daun lontar yang digunakan sendiri
sebagai bahan bakar kayu. Dan hasil budidaya pohon siwalan yang mengalami proses
pengolahan dan pemasaran hanya air nira yang digunakan sebagai bahan pokok
pembuatan gula merah yang kemudian dijual kepada pedagang-pedagang pasar.
4.4.3
Subsistem
on farm dengan subsistem penunjang (outside linkage)
Keterkaitan antara
subsistem on farm dengan subsistem penunjang sangat lemah karena biasanya
masyarakat sekitar tidak menggunakan subsistem penunjang, kebanyakan masyarakat
menggunakan alat transportasi milik pribadi dalam memasarkan produknya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Di Desa
Dungkek, Kecamatan Dungkek merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan yang
ditumbuhi pohon siwalan yang terluas di Kabupaten Sumenep. Rata-rata masyarakat
disana banyak yang memanfaatkan pohon siwalan sebagai sumber pengahasilan
sehari-hari terutama dalam pembuatan gula merah yang dibuat dari air nira pohon
siwalan. Namun, usaha yang dilakukan masyarakat disana belum efektif karena
belum memenuhi kebutuhan standar konsumen yang disebabkan pembudidayaan dan
pengolahan masih menggunakan cara dan alat-alat yang masih tradisional sehingga
tidak memenuhi banyaknya kebutuhan konsumen akan gula merah. Serta pemasaran
masih belum menyeluruh, produk gula merah hanya dijual kepada pedagang-pedagang
pasar dan kurangnya penunjang dalam pemasaran.
3.2
Saran
Saran yang dapat disampaikan dalam hasil laporan ini
yaitu, sebaiknya subsistem dalam usaha agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek
lebih ditingkatkan lagi, terutama dalam hal budidaya, pengolahan dan pemasaran.
Sehingga kedepannya, usaha ini lebih menjanjikan untuk kesejahteraaan kehidupan
masyarakat di Desa Dungkek.
DAFTAR PUSTAKA
Anita,
A. S., & Salawati, U. (2011). Analisis Pendapatan Penerima Bantuan Langsung
Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ( BLM-PUAP ) di Kabupaten
Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Perdesaan, 1(4), 285–303.
Sustiyana.
(2008). KINERJA SUPPLY CHAIN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS POTENSI
LOKAL SIWALAN DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP. Agrosains, 2(1),
87–95.
0 komentar:
Posting Komentar