Rabu, 27 Desember 2017

Pengantar Agribisnis "LAPORAN USAHA AGRIBISNIS POHON SIWALAN DI DESA DUNGKEK"

LAPORAN
USAHA AGRIBISNIS POHON SIWALAN
DI DESA DUNGKEK






Disusun oleh :
Zainatul Laili (170321100059)






PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
TAHUN 2017


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1   Latar Belakang

Agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor agribisnis, mencakup perusahaan-perusahaan pemasok input agribisnis (upstream-slide industries), penghasil (agriculturalproducing industries), pengolah produk agribisnis (downstreamside industries), dan jasa pengangkutan, jasa keuangan (agri-supporting industries). Agribisnis adalah sifat dari usaha yang berkaitan dengan agribisnis (agro-based industries) yang berorientasi pada bisnis, yaitu yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Dalam pendekatan agribisnis sasarannya bukanlah meningkatnya produksi pertanian melainkan lebih menekankan pada meningkatnya kesejahteraan petani dan tangguhnya sektor pertanian secara keseluruhan.(Anita & Salawati, 2011)
Siwalan atau pohon lontar tergolong salah satu komoditi unggulan perkebunan di wilayah Kabupaten Sumenep.Luas lahan siwalan di Kabupaten Sumenep merupakan yang terluas di Jawa Timur yaitu 5.535,70 Ha, sedangkan daerah sentra siwalan di Kabupaten Sumenep terletak di Kecamatan Dungkek dengan luas lahan 1.652,98 Ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2014). Lahan yang luas masih belum dioptimalkan produktivitasnya.sebagian besar masyarakat daerah sentra siwalan hanya mengolah sebatas pada niranya saja yang dijadikan gula merah dengan teknik pengolahan yang masih tradisional. Padahal komoditi ini bisa diolah menjadi berbagai macam produk siwalan yang dapat memberi peluang usaha pengembangan pemanfaatannya yang secara langsung dapat meningkatkan pendapatan petani.Namun ketidakpastian pemasaran siwalan menjadi hambatan bagi pengembangan komoditas siwalan. (Sustiyana, 2008)

1.2   Rumusan Masalah

1.    Bagaimana usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek?
2.    Bagaimana kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek?
3.    Bagaimana keterkaitan antar subsistem onfarm dengan subsistem hulu (backward linkage), subsistem on farm dengan hilir baik pemasaran maupun pengolahan (forward linkage), dan keterkaitan dengan subsistem penunjang (outside linkage) yang ada di dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek?

1.3   Tujuan

1.    Untuk mengetahui bagaimana usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek
2.    Untuk mengetahui kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek
3.    Untuk mengetahui keterkaitan antar subsistem onfarm dengan subsistem hulu (backward linkage), subsistem on farm dengan hilir baik pemasaran maupun pengolahan (forward linkage), dan keterkaitan dengan subsistem penunjang (outside linkage) yang ada di dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek


BAB II

PEMBAHASAN


2.1  Identitas Narasumber

Nama                            : Bu Atmina
Umur                             : 56 tahun
Alamat                           : Jalan Raya Dungkek, Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep
Tanggal Wawancara     : 24 Desember 2017
Komoditas Pertanian    : Pohon Siwalan
Usaha                            : Gula Merah

2.2  Usaha Agribisnis Pohon Siwalan (Pohon Lontar) di Desa Dungkek

Di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep,  banyak ditemukan Pohon Siwalan (Pohon Lontar) di setiap ladang yang dimiliki oleh masyarakat di sana. Masyarakat Desa Dungkek banyak yang memanfaatkan Pohon Siwalan terutama Bu Sumina bersama suaminya, seperti batang pohon digunakan sebagai bahan bangunan (pembuatan atap rumah) dan pembuatan perlengkapan rumah tangga, daun lontar digunakan sebagai atap kandang sapi yang di rakit yang berguna untuk pelindung kandang sapi dari panas dan hujan, tangkai daun digunakan sebagai kayu bakar, buah siwalan dikonsumsi sendiri, dan batang bunganya digunakan sebagai sumber air nira dalam kegiatan usahanya dalam membuat gula merah yang merupakan sumber perolehan ekonomi dalam keluarganya.
Gula Merah merupakan produk usahatani yang terbuat dari air nira yang biasanya didapat dari pohon-pohon tertentu, misalnya dari pohon siwalan. Menurut pengalaman para penyadap air nira di Desa Dungkek, biasanya pada musim kemarau, air nira yang dihasilkan hanya sedikit karena siwalan cenderung kering dan pada musim hujan dapat menghasilkan air nira yang cukup banyak. Jadi usahatani pembuatan gula merah di Desa Dungkek ini belum berjalan efektif, karena pemeliharaan sumber bahan bakunya (pohon siwalan) masih kurang dan banyak tidaknya produk yang dapat dihasilkan tergantung banyak sedikitnya air nira yang dihasilkan tiap harinya.

2.3  Kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis Pohon Siwalan (Pohon Lontar) di Desa Dungkek

Kondisi masing-masing subsitem yang ada dalam usaha agribisnis pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek, cukup baik karena semua sarana prodi yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah di sekitar tempat usaha yaitu sebagai berikut :
a.   Subsistem Hulu
Subsistem Hulu adalah kegiatan penyediaan sarana produksi untuk kegiatan produksi pertanian. Sarana produksi yang digunakan dalam usaha agribisnis gula merah dari air nira pohon siwalan(pohon lontar) di Desa Dungkek adalah:
Ø Benih/ Bibit
Benih yang diperlukan dalam budidaya pohon siwalan di Desa Dungkek, didapatkan dari buah yang jatuh, kemudian dikumpulkan di pinggir ladang, dan dibiarkan hingga tumbuh tunas.
Ø Alat dan Mesin Pertanian
Alat dan mesin pertanian yang diperlukan dalam budidaya pohon siwalan di Desa Dungkek, masih sangat sederhana dan tradisional serta beberapa alat dan mesin dapat dibuat sendiri oleh pemilik usaha. Alat dan mesin pertanian yang disiapkan adalah penjepit tangkai bunga pohon, tumbukan, ember, arit, cangkul/linggis dan tali tambang.
Ø Pupuk
Pupuk yang diperlukan dan yang akan digunakan dalam kegiatan usaha yaitu pupuk organik yang berupa kotoran sapi yang bisa didapat dari ternak mereka yang kemudian dikeringkan.

b.   Subsistem On Farm
Subsistem on farm (budidaya) adalah kegiatan pemanfaatan sarana produksi dan sumber daya alam guna menghasilkan komoditas pertanian. Budidaya pohon siwalan (pohon lontar) di Desa Dungkek cukup baik, karena budidaya pohon siwalan sangat mudah dan tidak memerlukan pengawasan yang intens yaitu sebagai berikut:
Ø Penanaman benih pohon siwalan di Desa Dungkek
Pohon siwalan biasanya ditanam di pinggir ladang. Penanamannya yaitu:
1.    Tanah di pinggir ladang dilubangi dengan cangkul/linggis sampai kedalaman tanah sekitar (30 – 50) cm dari permukaan tanah;
2.    Benih (buah siwalan yang jatuh dan sudah bertunas) yang sudah disiapkan dimasukkan ke dalam lubang tersebut;
3.    Timbun kembali lubang tersebut dan diberikan air secukupnya.
Ø Perawatan pohon siwalan di Desa Dungkek
Pohon siwalan yang ditanam diberikan pupuk organik (kotaran sapi) setiap 1 minggu sekali sampai pohon mencapai tinggi 5 meter dan pengairannya hanya mengandalkan air hujan.
Ø Panen pohon siwalan di Desa Dungkek
Panen pohon siwalan di Desa Dungkek berupa penebangan pohon  yang diambil batangnya sebagai bahan pembuatan atap rumah, perlengkapan rumah tangga dan lailn lain apabila diperlukan, daun siwalan (daun lontar) yang diambil sebagai bahan pembuatan atap kandang ternak (seperti kandang sapi) apabila diperlukan, pemanenan buah siwalan yang biasanya hanya dikonsumsi sendiri, dan pengambilan air nira yang digunakan untuk usaha pembuatan gula merah. Air nira bisa diambil (disadap) dari pohon siwalan yang sudah berbunga dan tingginya mencapai sekitar 8 meter atau berumur sekitar 10-15 tahun. Adapun proses pengambilan air nira yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula merah di Desa Dungkek adalah:
1.    Pohon siwalan dinaiki dengan bantuan tali tambang sebagai pegangan dengan ukuran sekitar 1 meter, dengan membawa penjepit. Gunakan penjepit untuk menjepit tangkai bunga siwalan yang akan disadap air niranya, kemudian diamkan sekitar 1-2 hari;
2.     Setelah dijepit dan didiamkan sekitar 1-2 hari, siapkan alat-alat yang akan digunakan untuk menyadap air nira, seperti ember yang diikat dengan tali dan diisi dengan tumbukan kulit pohon Palembhang (dalam bahasa madura di sumenep) dan arit;
3.    Pohon siwalan dinaiki lagi untuk proses penampungan air nira. Iris tangkai bunga yang dijepit kemudian tampung tetesan air nira dengan ember yang telah disiapkan dan diikat dengan tali; dan
4.    Air nira yang ditampung dapat diambil di pagi hari dan sore hari.

c.   Subsistem Hilir
Subsistem Hilir adalah kegiatan pengolahan dari produk primer menjadi produk antara atau produk akhir dan pemasaran produk hasil pertanian. Pengolahan usaha agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek, diolah menjadi gula merah. Pengolahan dan pemasaran usaha tersebut masih kurang baik karena alat yang digunakan dalam pengolahan masih sederhana dan hanya dapat menghasilkan produk dalam jumlah sedikit serta pemasarannya hanya kepada pedagang-pedagang pasar. Adapun pengolahan gula merah di Desa Dungkek adalah sebagai berikut:
1.    Air nira yang sudah diambil (disadap) disaring agar kulit pohon palembhang (dalam bahasa madura di sumenep) dapat dibuang;
2.    Air nira yang sudah disaring dimasukkan ke kuali besar yang kemudian dimasak di atas tungku dengan api besar dan sekali-kali diaduk apabila air nira mengembang dalam proses pendidihan hingga menyusut sampai menjadi gulali;
3.    Air nira yang sudah menjadi gulali diturunkan ke bawah dan diaduk berputar hingga kental;
4.    Gulali yang sudah kental dimasukkan ke dalam plastik yang diletakkan di dalam mangkok plastik sebagai cetakan dan kemudian ditutup oleh plastik tersebut;
5.    Diamkan beberapa menit hingga mengeras dan siap untuk dipasarkan.

d.   Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang adalah kegiatan yang menunjang proses produksi pertanian dari hulu sampai hilir. Subsistem penunjang dalam usaha agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek sangat kurang karena di Desa Dungkek kebanyakan menggunakan alat transportasi milik pribadi dalam proses penyediaan sarana produksi dan proses pemasaran.

4.4   Keterkaitan Antar Subsistem yang Ada dalam Usaha Agribisnis Pohon Siwalan di Desa Dungkek

4.4.1     Subsistem on farm dengan subsistem hulu (backward linkage)
Keterkaitan antara subsistem on farm dengan subsistem hulu sangat kuat karena sarana produksi yang disediakan dalam subsistem hulu sangat berpengaruh pada berlangsungnya kegiatan on farm (budidaya), penyedian bibit yang mudah disediakan yang akan digunakan untuk membudidayakan pohon siwalan, penyediaan alat dan mesin sangat berpengaruh terhadap proses penanaman dan pemanenan dalam kegiatan on farm (budidaya), dan penyediaan pupuk organik yang dapat diperoleh dengan mudah dalam jumlah yang cukup sebagi penyubur tanah yang digunakan dalam pembudidayaan pohon siwalan.

4.4.2     Subsistem on farm dengan hilir baik pemasaran maupun pengolahan (forward linkage)
Keterkaitan antara subsistem on farm dengan subsistem hilir sedang karena dari hasil on farm tidak semua mengalami pengolahan dan pemasaran, masih ada yang hanya di panen untuk dikonsumsi atau digunakan sendiri. Hasil budidaya pohon siwalan yang hanya dikonsumsi atau digunakan sendiri yaitu buah siwalan yang dikonsumsi sendiri, daun lontar yang digunakan sendiri untuk bahan pembuatan atap kandang ternak, batang pohon yang digunakan sendiri untuk pembuatan atap rumah dan perlengkapan rumah tangga, dan tangkai daun lontar yang digunakan sendiri sebagai bahan bakar kayu. Dan hasil budidaya pohon siwalan yang mengalami proses pengolahan dan pemasaran hanya air nira yang digunakan sebagai bahan pokok pembuatan gula merah yang kemudian dijual kepada pedagang-pedagang pasar.

4.4.3     Subsistem on farm dengan subsistem penunjang (outside linkage)
Keterkaitan antara subsistem on farm dengan subsistem penunjang sangat lemah karena biasanya masyarakat sekitar tidak menggunakan subsistem penunjang, kebanyakan masyarakat menggunakan alat transportasi milik pribadi dalam memasarkan produknya.

BAB III

PENUTUP

 

3.1   Kesimpulan

Di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek merupakan kecamatan yang memiliki luas lahan yang ditumbuhi pohon siwalan yang terluas di Kabupaten Sumenep. Rata-rata masyarakat disana banyak yang memanfaatkan pohon siwalan sebagai sumber pengahasilan sehari-hari terutama dalam pembuatan gula merah yang dibuat dari air nira pohon siwalan. Namun, usaha yang dilakukan masyarakat disana belum efektif karena belum memenuhi kebutuhan standar konsumen yang disebabkan pembudidayaan dan pengolahan masih menggunakan cara dan alat-alat yang masih tradisional sehingga tidak memenuhi banyaknya kebutuhan konsumen akan gula merah. Serta pemasaran masih belum menyeluruh, produk gula merah hanya dijual kepada pedagang-pedagang pasar dan kurangnya penunjang dalam pemasaran.

3.2   Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam hasil laporan ini yaitu, sebaiknya subsistem dalam usaha agribisnis pohon siwalan di Desa Dungkek lebih ditingkatkan lagi, terutama dalam hal budidaya, pengolahan dan pemasaran. Sehingga kedepannya, usaha ini lebih menjanjikan untuk kesejahteraaan kehidupan masyarakat di Desa Dungkek.

DAFTAR PUSTAKA


Anita, A. S., & Salawati, U. (2011). Analisis Pendapatan Penerima Bantuan Langsung Masyarakat-Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan ( BLM-PUAP ) di Kabupaten Barito Kuala. Jurnal Agribisnis Perdesaan, 1(4), 285–303.
Sustiyana. (2008). KINERJA SUPPLY CHAIN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS POTENSI LOKAL SIWALAN DI KECAMATAN DUNGKEK KABUPATEN SUMENEP. Agrosains, 2(1), 87–95.








0 komentar:

Posting Komentar